Mengenalkan Supersemar Bagi Generasi Milenial

JatengNews Pendidikan Sosok
0 0
Read Time:3 Minute, 29 Second

Bulan Maret bagi bangsa Indonesia memiliki catatan sejarah yang mungkin tidak akan pernah terlupakan bahkan mungkin tidak  terhapuskan. Bulan Maret mengingatkan seluruh warga bangsa terhadap suatu peristiwa yang menjadi tonggak lahirnya Orde Baru. Generasi milenial sudah sepatutnya mengenal apa itu Supersemar. Supersemar tidak bisa dilepaskan dari peristiwa G 30 S/PKI.

Pada tahun 1965, PKI merupakan kekuatan politik terbesar Indonesia dan partai komunis terbesar kedua di dunia di luar Blok Timur. Berdasarkan kalkulasi politik, PKI tidak akan kesulitan melakukan kudeta di Indonesia. Namun, berkat pertolongan Allah Tuhan Yang Maha Esa, pemberontakan komunis pada tanggal 30 Sepetember tahun 1965 di Indonesia dapat digagalkan.

Pasca penumpasan G 30 S/PKI, pemerintah ternyata belum sepenuhnya berhasil melakukan penyelesaian politik terhadap peristiwa tersebut. Hal ini membuat situasi politik tidak stabil. Kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soekarno semakin menurun. Pada saat yang bersamaan, Indonesia menghadapi situasi ekonomi yang terus memburuk mengakibatkan harga-harga barang kebutuhan pokok melambung tinggi.

Kondisi ini mendorong para pemuda dan mahasiswa melakukan aksi-aksi demonstrasi menuntut penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G 30 S/PKI dan perbaikan ekonomi. Pada tanggal 12 Januari 1966 pelajar, mahasiswa dan masyarakat mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Isi Tritura adalah 1) Bubarkan PKI 2) Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur Gerakan 30 September dan 3) turunkan harga.

Tuntutan rakyat agar membubarkan PKI ternyata tidak dipenuhi. Untuk menenangkan rakyat, Presiden Soekarno mengadakan perubahan Kabinet Dwikora menjadi Kabinet 100 Menteri. Perubahan ini belum dapat memusakan hati rakyat karena di dalamnya masih terdapat tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G 30 S/ PKI.

Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri tepatnya pada tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka. Aksi ini dihadang pasukan Cakrabirawa sehingga menyebabkan bentrok antara pasukan Cakrabirawa dengan para demostran  yang menyebabkan gugurnya mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rachman Hakim. Insiden berdarah ini menyebabkan krirs politik semakin memuncak.

Guna memulihkan keamanan Negara, pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepda Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam rangka memulihkan keawamanan dan kewibawaan pemerintah. Surat itu dikenal sebagai Surat PErintah 11 Maret atau SP 11 Maret atau Supersemar.

Isi Supersemar adalah pemberian mandat kepada Letjen Soeharto selaku Panglima Angkatan Darat dan Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah. Inilah tonggak lahirnya Orde Baru. Hari ini generasi milenial bisa memahami betapa perjalanan panjang dalam menegakkan NKRI dalam wadah Konstitusi Pancasila sebagai satu-satunya azas yang tidak tergantikan oleh ideologi apapun.

Generasi milenial seyogyanya memahami bahwa betapa pentingnya menghayati Pancasila sebagai pedoman hidup dan ideologi bangsa, sehingga tidak ada keraguan dan tidak ada niat untuk suatu saat mengganti idiologi Pancasila dengan ideologi apapun. Hanya ideologi Pancasila yang sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia yang majemuk.

Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan sejarah dan kebudayaan.Namun dewasa ini, kita dihadapkan pada persoalan rendahnya minat generasi milenial terhadap sejarah.  Sejarah kerap kali dianggap sebagai sesuatu yang membosankan dan tidak menarik. Sesungguhnya, sejarah memiliki peran penting dalam pendidikan generasi milenial.

Menurut Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) Drs. Muhammad Sungaidi, M.A. , menyampaikan bahwa sejarah penting untuk disampaikan kepada generasi milenial karena dapat menjadi pedoman, memori kolektif, dan pelajaran dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu sejarah juga memberikan pencerahan nyata, bukan mitos dan sebagai penghubung masa lalu dan masa depan.

Sebagai guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) penulis memiliki tanggung jawab moral untuk menyumbangkan sedikit pemikiran guna mengenalkan sejarah kepada generasi milenial selain melalui kelas formal juga melalui media massa untuk jangkauan yang lebih luas. Penulis berpendapat bahwa ditangan generasi milenial itulah masa depan bangsa ini akan cerah atau suram.

Oleh karenanya mengenal dan belajar sejarah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar. Generasi yang mempelajari sejarah akan mampu mengambil hikmah dari peristiwa masa lalu. Peristiwa yang buruk untuk tidak terulang kembali dan kejayaan masa lalu dapat dihadirkan kembali di masa yang akan datang.

Di era globalisasi dan kecanggihan teknologi yang futuristik ini, tidak seharusnya menjadikan generasi milenial lupa akan pentingnya mempelajari dan memahami perjalanan sejarah bangsanya. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta sejarah salah satunya adalah dengan memanfaatkan daya kreativitas di media sosial. Media yang sangat dekat dengan kehidupan generasi milenial.

(Penulis: Sukarni S.Pd, guru IPS SMP 1 Singorojo, Kendal)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *