0
0
KENDAL, jatengnet.com – Permainan yang menggunakan dua buah bola yang dikaitkan dalam satu tali atau disebut Lato-lato, belakangan ini kembali populer.
Permainan yang pernah tren pada tahun 1990-an itu, sekarang kembali dimainkan oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Salah seorang anak, Zhafran, mengaku bermain Lato-lato karena mengikuti tren permainan tersebut yang kian populer dimainkan masyarakat.
“Gampang-gampang susah memainkannya. Apalagi kalau awal-awal main Lato-lato, tangan bisa sakit karena terkena bola Lato-lato,” katanya, kemarin.
Namun, bagi yang sudah mahir main Lato-lato karena ada tekniknya. Selain itu sudah terbiasa main permainan tersebut.
“Saya main Lato-lato setelah pulang sekolah. Biasanya sama teman main di rumah. Saya tidak membawa Lato-lato ini ke sekolah,” tutur salah satu siswa SD yang ada di Kecamatan Gemuh tersebut.
Demam Lato-lato yang merambah kalangan pelajar, sehingga tidak sedikit siswa-siswi membawanya ke sekolah. Sejumlah SD dan SMP di Kabupaten Kendal, mengeluarkan kebijakan bagi anak didik untuk tidak membawa permainan tersebut ke sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi, mengatakan, kebijakan melarang peserta didik membawa Lato-lato ke sekolah bukan tanpa alasan.
“Suaranya nyaring dan menimbulkan kebisingan, sehingga bisa mengganggu kegiatan belajar di sekolah,” ujarnya, kemarin.
Wahyu Yusuf Akhamadi mengaku tidak mengeluarkan surat edaran larangan ke satuan pendidikan untuk melarang siswa membawa permainan Layo-lato ke sekolah.
“Kami hanya memberikan himbauan secara umum ke satuan pendidikan agar siswa untuk tidak membawa Lato-layo ke sekolah,” tambahnya.
Menurut Wahyu, bermain Lato-lato dipersilahkan pada tempatnya dan di bawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa maupun orang tua.
“Permainan Lato-lato itu mampu melatih motorik, olahraga tangan, dan menciptakan komunikasi antaranak untuk bermain bersama,” ucapnya. (jtn-21)
